Monday, January 24, 2022

Dasar-dasar Perhitungan dan Perencanaan Transformator

 A. Besaran Utama


Susunan trafo daya pada dasarnya adalah seperti pada gambar dibawah ini

Gambar1. Prinsip kerja transformator

Pada inti besi berbahan ferromagnetis b dililitkan gulungan primer sebanyak n1 , dan lilitan sekunder sebanyak n. Bila lilitan primer diberi tegangan bolak-balik (AC) dengan harga efektif sebesar V1 dengan frekuensi f , maka dalam inti besi b akan timbul fluks magnet Φ. Hubungan antara V1 dengan Φ bagi tegangan bolak-balik berbentuk sinus adalah :

              V1  =  4,44 f n1 Φ                (1)

Dengan adanya fluks magnet Φ , maka pada lilitan sekunder yang juga melingkupi fluks magnet tersebut akan diinduksikan tegangan sekunder sebesar

              V2  =  4,44 f n2 Φ                (2)

 Dari kedua persamaan diatas kalau kita bagi maka akan kita dapatkan persamaan :

              V1 / V2  =  n1 / n2                (3)

Dengan kata lain, tegangan lilitan-lilitan suatu transformator adalah sebanding dengan jumlah lilitannya masing-masing.
Jika lilitan sekunder diberi beban, sehingga akan mengalir arus sebesar I2 , maka arus ini juga akan membentuk fluks pada inti besi sebesar Φ2 , yang akan mengubah besarnya Φ awal. Bila hal ini terjadi, maka keseimbangan antara V1 dan Φ pada persamaan (1) akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan mengalirnya arus I1 pada primer, yang berakibat timbulnya fluks Φ1 . Arus I1 nilainya sedemikian besar, sehingga Φ1 akan meniadakan pengaruh Φ2, atau dengan kata lain Φ1  =  Φ2.
Karena Φ1 sebanding dengan n1 I1 , dan Φ2 sebanding dengan n2 I2 , maka akan timbul persamaan :

              n1 I1  =  n2 I2     atau     I1 / I2  =  n2 / n1                   (4)

Bila tegangan sebanding dengan jumlah lilitan, maka arus akan berbanding terbalik dengan jumlah lilitan. Persamaan (3) dan (4) adalah rumus dasar transformator dalam keadaan ideal. Perkalian antara persamaan (3) dan (4) menghasilkan :

              V1 I1 / V2 I2  =  1    atau    V1 I1  =  V2 I2                  (5)

Dari persamaan tersebut jelas bahwa daya yang disalurkan lewat lilitan primer sama dengan daya yang diberikan oleh sekunder.

Keadaan diatas adalah keadaan pada trafo yang ideal. Trafo ideal cirinya ialah bahwa fluks Φ yang timbul dengan sendirinya jika primer diberi tegangan V, dan I2 = I1 = 0. Jadi untuk membentuk fluks tidak diperlukan suatu arus apapun. Hal ini sebenarnya tidak mungkin terjadi, karena untuk membentuk fluks Φ diperlukan arus yang diambil dari sumber V1 yang disebut arus magnetisasi atau arus beban nol I0.
Nilai fluks per satuan penampang disebut induksi magnet B .

              B  =  Φ / Aeff                      (6)

Di dalam inti trafo arus yang membentuk fluks magnet adalah arus magnetisasi yang merupakan arus bolak-balik dengan frekuensi f. Karenanya fluks di dalamnya juga akan berubah-ubah sesuai dengan frekuensi arus tersebut. Magnetisasi inti secara bolak-balik ini akan menimbulkan kerugian yang disebut kerugian histeresis. Kerugian histeresis ini besarnya sebanding dengan luas jerat histeresis tersebut. Kecuali dari jenis bahan inti trafo, luas jerat histeresis juga tergantung dari besarnya Induksi maksimum Bm yang dicapai dalam magnetisasi bolak-balik itu. Kerugian hiteresis ini sebanding dengan (Bm)2. Besarnya nilai induksi maksimum Bm dapat diperoleh dari :

              Bm  =  Φ / Aeff  =  V1 / 4,44 f n1 Aeff                        (7)

Dari persamaan (1) dan (7), maka daya semu trafo dapat ditulis dengan persamaan :

              P  =  V1 I1   
                  =  4,44  f  n1  Bm   Aeff  I1                                     (8)

Kalau penampang kawat primer adalah q1 , maka jika kita memakai besaran padat arus dengan persamaan s =  I1 / q1  (A/mm2) , dari persamaan (8) akan kita dapatkan :

              P  =  V1 I1                     
                  =  4,44   f  n1  Bm  Aeff  q1 s  
                  =  4,44  f  Bm s  Aeff  ( n1 q1 )                               (9)


Karena n1 I1  =  n2 I2 , maka bila padat arus diambil sama dengan padat arus sekunder, akan diperoleh :

              n1 q1 s  =  n2 q2 s   karena besaran s sama maka  n1 q1  =  n2 q2

Dapat juga kita tulis   n1 q1  =  ½ ( n1 q1 + n2 q2 )  sehingga kita peroleh :

              P  =  2,22 f  Bm  s  Aeff  ( n1 q1 + n2 q2 )                  (10)

n1q1 +  n2q2 ) tidak lain adalah luas jendela inti yang ditempati oleh penampang-penampang kawat primer dan sekunder, sisanya ditempati oleh kertas isolasi dan ruang udara antar kawat.
Jika luas jendela dimisalkan Acu , maka dapat ditulis :

              n1 q1 +  n2 q2 )  =  100 c Acu                                  (11)           

dimana c adalah suatu konstanta yang disebut faktor pengisian. Faktor 100 karena Acu akan dinyatakan dalam cm2, sedangkan q1 dan  q2 dinyatakan dalam mm2.
Dari persamaan (10) dan (11) dapat kita peroleh :

              P  =  222 f  Bm  s  c ( Aeff Acu )                                (12)

Jadi bila suatu inti trafo dengan ukuran tertentun maka hasil luas penampang besi dengan luas jendelanya adalah sebanding dengan daya trafo yang mungkin dibuat oleh inti tersebut. Tin ggal tergantung dari pembebanan besi dengan Bm serta pembebanan tembaga dengan s.
Bila selanjutnya Acu dipilih sebanding dengan Aeff untuk berbagai ukuran inti, maka ada hubungan Acu  =  m Aeff , sehingga dapat kita tulis :

              P  =  222  f  Bm  s  c m  Aeff2
atau        Aeff  =  P  / 2,22  f  Bm  s  c m

dimana   Aeff  :  Luas penampang inti besi
              P      :  Daya trafo
               f      :  frekuensi  ( di Indonesia 50 Hz )
              Bm    :  Induksi maksimal  ( 0,9 ... 1,1 Wb/m2 )
              s       :  Kepadatan arus   ( 1,5 ... 5 A/mm2 )
              c      :  faktor pengisian  ( 0,45 ... 0,7 )
              m     :  Acu/Aeff
Jika kita ambil besar Bm = 1,0 Wb/m2 = 10-4 Wb/cm2 , s = 3 A/mm2 , c = 0,5 , dan m = kita ambil perkiraan besarnya 0,6 maka persamaan diatas dapat kita sederhanakan menjadi :

              Aeff  =  P  / 222  x  50  x  10-4  x  3  x  0,5  x  0,6
                      =  P  / 1
              Aeff  =  P                                            (13)


B. Perhitungan Inti Transformator dan Kawat Tembaga

Untuk menentukan lebar penampang inti dipakai pendekatan

              b  =  Aeff / 1,5   hingga   Aeff                 (14)

setelah ketemu lebar penampang inti tinggal menentukan panjang inti besi

              h  =  Aeff  /  b                                       (15)

Gambar2. Dimensi trafo

Untuk menentukan diameter kawat sekunder yang akan digunakan , lebih dulu dihitung arus sekundernya :

             I2  =  P2 / V2

penampang kawat sekunder

             q2  =  I1 / s      nilai padat arus s antara 1,5 ... 5 A/mm2

diameter kawat sekunder

             d2   =    / φ  x  q2
                    =  / φ  x  I2 / s
                    =  / φ  x  I2 / s   jika s kita pakai besaran 3A/mm2
maka            =  (/ 3,14  x  3 )    I2
                    =  (0,424 )    I2
               d2  =   0,7  I2                               (16)

jumlah lilitan sekunder per volt  perlu ditambahkan 10% dari totalnya, gunanya untuk memperhitungkan kerugian tegangan pada waktu trafo diberi beban sehingga persamaannya

               n2 / V  =  110%  x  ( / 4,44  f  Bm  Aeff  )

Jika kita pilih nilai f = 50Hz , dan Bm = 10-4 Wb/cm2 , maka

               n2 / V  =  1,1 x ( 1 / 4,44 x 50 x 10-4 ) x ( 1 Aeff )
                           =  49,549  x  1 / Aeff
               n2 / V  ≈  50 / Aeff                          (17)

Efisiensi transformator adalah perbandingan antara daya listrik keluaran dengan daya listrik pada masukannya. Pada transformator ideal efisiensinya 100 %, tetapi pada kenyataannya efisiensi tranformator tidak akan bisa mencapai 100 % , hal ini disebabkan karena sebagian energi terbuang menjadi panas atau energi bunyi.
Efisiensi trafo untuk tegangan rendah kira-kira hanya 90%, sehingga dalam perencanaan suatu trafo setelah ditentukan daya keluaran sekundernya, agar bisa mendekati maksimal dayanya, maka daya primer kita tambahkan 10% nya

                P1  =  ( 100 % + 10 % ) x P2
                P1  =  1,1 x P2                                 (18)

Sehingga dapat kita cari nilai arus primernya

                I1  =  P1 / V1

Untuk menetukan diameter kawat primer jika dipakai padat arus 3 A/mm2 maka rumusnya sama seperti waktu menetukan diameter kawat sekunder :

               d1  =   0,7  I1                                  (19)

Jumalah lilitan per volt jika kita pilih nilai f = 50Hz , dan Bm = 10-4 Wb/cm2 , maka :

               n1 / V  =   / 4,44  f  Bm  Aeff           

                           =  ( 1 / 4,44  x  50  x  10-4 ) x ( 1 Aeff )
                
               n1 / V  =  45 / Aeff                            (20)

Setelah diameter kawat dan jumlah lilitan sekunder maupun primer sudah ditentukan perlu pengecekan apakah gulungan dapat masuk ke dalam jendela dengan baik. Langkah pengecekan dapat menggunakan rumus :

              c  =  ( n1 q1 + n2 q)  /  Acu               (21)           

Dimana  Acu  =  x . y   ( dalam mm2 ) lihat gambar 2 untuk ukuran x dan y
Nilai c yang baik adalah antara 0,45 ... 0,7 . Kalau lebih besar dari 0,7 kemungkinan gulungan kawat tidak dapat masuk kedalam jendela inti. Jika hasil dari c kurang dari 0,45 berarti inti besi kurang dimanfaatkan dengan baik sehingga kurang ekonomis.


Tabel 1. Ukuran kern trafo EI

No

Tipe

a
(mm)
b
(mm)
c,c1,c2
(mm)
d
(mm)
e
(mm)
x
(mm)
y
(mm)
1
EI-24
24
6
3
15
18
6
12,05
2
EI-28
28
8
4
21
25
6
17
3
EI-29,6
29,6
8
4
19,4
23,65
6,8
15,4
4
EI-30
30
10
5
20
25
5
15
5
EI-35
35
10
5
24,5
29,5
7,5
19,5
6
EI-38,4
38,4
12,8
6,4
25,7
32,2
6,4
19,2
7
EI-41
41
13
6
27
33
8
21
8
EI-43
43
13
6,6
28,2
34,8
8,4
21,6
9
EI-48
48
16
8
32
40
8
24
10
EI-50
50
14
9
34
42
9
25
11
EI-54
54
18
9
36
45
9
27
12
EI-57
57
19
9,5
38
47,5
9,5
28,5
13
EI-60
60
20
10
40
50
10
30
14
EI-66
66
22
11
44
55
11
33
15
EI-75
75
25
12,5
50
62,5
12,5
37,5
16
EI-76,2
76,2
25,4
12,7
50,8
63,5
12,7
38,1
17
EI-78
78
26
13
52
65
13
39
18
EI-84
84
28
14
56
67
14
39
19
EI-85,8
85,8
28,6
14,3
57,2
71,5
14,3
42,9
20
EI-96
96
32
16
64
80
16
48
21
EI-105
105
35
17,5
70
87,5
17,5
52,5
22
EI-114
114
38
19
76
95
19
57
23
EI-120
120
40
20
80
40
20
60
24
EI-132
132
44
22
88
110
22
66
25
EI-133,2
133
44,4
22,2
88,8
111
22,2
66,6
26
EI-144
144
40
26
98
124
26
72
27
EI-150
150
50
25
100
125
25
75
28
EI-152,4
152,4
50,8
25,4
101,6
127
25,4
76,2
29
EI-162
162
54
27
108
135
27
81
30
EI-168
168
56
28
112
140
28
84
31
EI-171
171
57
28,5
114
142,5
28,5
85,5
32
EI-180
180
60
30
120
150
30
90
33
EI-192
192
64
32
128
160
32
96
34
EI-210
210
70
35
140
175
35
105
35
EI-240
240
80
40
160
200
40
120




Tabel 2. Ukuran kawat dan kekuatan hantar arusnya
AWG
Gauge

Diameter
mm
Maximum Ampere for chassis wiring
Maximum Ampere for Power Transmission
Ohm per km
OOOO
11.684
380
302
0.16072
OOO
10.40384
328
239
0.202704
OO
9.26592
283
190
0.255512
0
8.25246
245
150
0.322424
1
7.34822
211
119
0.406392
2
6.54304
181
94
0.512664
3
5.82676
158
75
0.64616
4
5.18922
135
60
0.81508
5
4.62026
118
47
1.027624
6
4.1148
101
37
1.295928
7
3.66522
89
30
1.634096
8
3.2639
73
24
2.060496
9
2.90576
64
19
2.598088
10
2.58826
55
15
3.276392
11
2.30378
47
12
4.1328
12
2.05232
41
9.3
5.20864
13
1.8288
35
7.4
6.56984
14
1.62814
32
5.9
8.282
15
1.45034
28
4.7
10.44352
16
1.29032
22
3.7
13.17248
17
1.15062
19
2.9
16.60992
18
1.02362
16
2.3
20.9428
19
0.91186
14
1.8
26.40728
20
0.8128
11
1.5
33.292
21
0.7239
9
1.2
41.984
22
0.64516
7
0.92
52.9392
23
0.57404
4.7
0.729
66.7808
24
0.51054
3.5
0.577
84.1976
25
0.45466
2.7
0.457
106.1736
26
0.40386
2.2
0.361
133.8568
27
0.36068
1.7
0.288
168.8216
28
0.32004
1.4
0.226
212.872
29
0.28702
1.2
0.182
268.4024
30
0.254
0.86
0.142
338.496
31
0.22606
0.7
0.113
426.728
32
0.2032
0.53
0.091
538.248
33
0.18034
0.43
0.072
678.632
34
0.16002
0.33
0.056
855.752
35
0.14224
0.27
0.044
1079.12
36
0.127
0.21
0.035
1360
37
0.1143
0.17
0.0289
1715
38
0.1016
0.13
0.0228
2163
39
0.0889
0.11
0.0175
2728
40
0.07874
0.09
0.0137
3440



C. Contoh Perencanaan dan Perhitungan Trafo Daya

Misalkan kita mau membuat/gulung trafo kotak EI dengan tegangan primer 220V dan sekundernya 32V CT ; 5A , maka perhitungannya dengan memakai rumus-rumus trafo diatas

1.  Hitung daya trafo yang kita butuhkan
           
               P2  =  V2 x I2
                     =  2 x 32 x 5
                     =  320 VA 

     Sehingga daya primernya      

               P1  =  1,1  x  P2
                     =  1,1  x  320
                     =  352 VA

2.  Hitung luas penampang inti besinya    
         
              Aeff  =   P1
                      =   352
              Aeff  =  18,7 cm2

3.  Hitung lebar dan panjang inti besinya

              b     =  Aeff  / 1,3
                     =  18,7 / 1,3
                     =   3,79 cm

     dengan melihat tabel ukuran inti besi, maka ukuran lebar yang mendekati adalah 3,8 cm (EI-114)

              h     =  Aeff  /  b
                     =  18,7  /  3,8
                     =  4,9 cm

4.  Tentukan diameter kawat primer dan sekunder

              d1   =  0,7  x  I1
                     =  0,7  x  352 / 220
                     =  0,7  x  1,6
                     =  0,88 mm

     Dengan melihat tabel ukuran kawat yang mendekati yaitu AWG 19 diameter 0,91 mm

               d2   =  0,7  x   I2
                      =  0,7  x   5
                      =  0,7  x  2,236
                      =  1,56 mm

     Di tabel ukuran kawat yang mendekati yaitu AWG 14 diameter 1,6 mm.


5.  Menghitung jumlah lilitan primer dan sekunder


               
n1   =  ( 45 / Aeff ) x 220
                      =  ( 45 / 18,7 ) x 220
                      =  2,4  x  220
                      =  529  lilit

                
n2  =  ( 50 / Aeff  ) x 32
                      =  ( 50 / 18,7 ) x 32
                      =  2,67  x  32
                      =  85 lilit

     Karena mau dibikin CT (Center Tap) maka gulungannya menjadi 2 kali, 85 lilit - CT - 85  lilit


6.  Pengecekan gulungan


                c    =  ( n1 q1 + n2 q)  /  Acu


      Acu adalah luas jendela inti (x.y), dari tabel 2 , untuk core EI-114 nilai x = 19 mm , y = 57 mm

      luas penampang = ¼ π d2

                c    =  ( 529 x ¼ x 3,14 x 0,912  +  85 x 2 x ¼ x 3,14 x 1,622 )  /  ( 19 x 57 )
                      =  ( 343,88  +  350,22 )  /  1083
                      =  694,1 /  1083
                      =  0,64

     Nilai c = 0,64 berarti bisa dipastikan kawat dapat masuk ke jendela inti.


7.  Cara gulung trafo


Pertama gulung kawat primer dulu sebanyak 529 lilit dengan kawat diameter 0,91 mm pada koker, usahakan gulungan kencang, rapat, dan rapi. Setelah selesai lapisi dengan kertas prespan (kertas khusus untuk trafo, tahan panas). Untuk kawat sekundernya arah gulungan harus sama dengan gulungan primernya. Gulung sebanyak 85 lilit, lalu keluarkan ujungnya untuk CT dan gulung lagi sebanyak 85 lilit. Tetesi sirlak pada gulungan agar kuat dan tidak menimbulkan getar. Lapisi dengan kertas prespan. Untuk koneksinya bisa menggunakan terminal kabel , atau disambung dengan kabel.

CARA MENGGULUNG TRAFO



PERENCANAAN PENGGULUNGAN
TRANSFORMATOR
Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak – balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lain secara induksi electromagnet.


Suatu transformator terdiri dari 2 buah kumparan (gulungan) kawat email. Kumparan pertama disebut gulungan primer dan kumparan yang kedua disebut sekunder.
Bahan – bahan yang diperlakukan untuk menggulung suatu transformator antara lain :
a. Kern
Kern atau teras besi lunak yang terbentuk dari kumparan besi lunak yang mengandung silicon yang berbentuk seperti huruf E dan I




b. Koker
Koker atau rumah atau tempat mengulung kumparan primer dan sekunder


c. Kawat email
Kawat email yang terbuat dari tembaga yang dilapiskan bahan isolasi yang tahan panas.




Penentuan Gulungan atau volt
Pada system penggulungan trafo biasa terjadi penyimpangan kerugian Seperti kerugian kawat email dan kurang panas tidak diperhitungkan. Kerugian seperti ini sekitar 20% sampai 30% dari tembaga gulungan Primer.
Apabila kita ingin merencanakan gulungan sekunder 100 watt,maka Tenaga primer harus lebih 20% sampai 25% dari tenaga sukunder. Yang harus selalu diingat bahwa setiap kali tegangan gulungan Sekunder diberi beban tegangannya akan turun.


Keterangan :
I2 =arus yang mengalir ke beban
E1=tegangan gulungan primer dari PLN
E2=tegangan gulungan sekunder
Dinegara kita tegangan listrik berfrekuensi sekitar 50 sampai 60 Circle/second oleh sebab itu untuk menghitung gulungan pervolt kita.

Dapat memakai rumus:
Circle per second x 1 gulungan
Keliling besi kern untuk koker

Untuk menghindarkan panasnya transformator tenaga kita dapat memakai standar 56 circle/second sebagai dasar perhitungan
Jadi rumus perhitungan jumlah gulungan per volt:

56 x 1 gulungan
Keliling besi kern untuk koker




GULUNG PER VOLT
Yang dimaksud dengan gulungan per volt yaitu sejumlah gulungan kawat yang disesuaikan untuk tegangan sebesar 1 Volt.
Untuk menetapkan besar jumlah gulung per volt dipakai ketentuan :


Rumus : gpv = f / O

Dimana
Gpv = jumlah gulang per volt
f = frekuensi listrik (50 Hz)
O = luas irisan teras diukur dengan cm. (hasil kali dari lebar dan tinggi tempat gulungan

Contoh 1 :
Sebuah tempat gulung kawat transformator mempunyai ukuran lebar 2,5 Cm dan tinggi 2 cm. Besar jumlah gulungan per volt :
Jawab :


gpv = f / O
f = 50 Hz
O = 2,5 x 2 = 5 Cm2
gpv = 50 / 5
= 10 gulung / volt

(setiap 10 lilitan kawat berlaku untuk tegangan sebesar 1 volt)

Contoh 2 :
Dibutuhkan sebuah transformator dengan tegangan 220 V untuk gulung primer dan tegangan 6 V digulungan sekundernya, lebar tempat gulungan kawat 2,5 cm dan tinggi 2 cm. Berapa jumlah gulungan atau banyaknya lilitan untuk kawat primer dan sekunder.
Jawab :
O = 2,5 x 2 = 5 cm2
gpv = 50 / 5 = 10

Jadi untuk gulung primer dibutuhkan sejumlah 220 x 10 = 2200 lilitan. Untuk gulungan sekunder dibutuhkan 6 x 10 = 60 lilitan. Mengingat selalu adanya tenaga hilang di tansformator jumlah lilitan digulungan sekunder ditambahkan 10% = 60 +6 = 66 lilitan.
Dengan jumlah lilitan tersebut diatas maka bila gulung primer dihubungkan kepada tegangan listrik jala – jala sebesar 220 V, gulungan sekundernya menghasilkan tegangan sebesar 6 volt.



GARIS TENGAH KAWAT
Garis tengah atau tebal kawat tembaga menentukan kemampuan kawat dilalui arus listrik. Bila listrik yang mengalir didalam kawat melebihi kemapuan dari kawat akan mengakibatkan kawat menjadi panas dan jika arus yang melalluinya jauh lebih besar dari kemampuan kawat , kawat akan terbakar dan putus.
Tabel garis tengah kawat

Garis tengah atau tebal
kawat (mm)
Kemampuan dilalui
arus ( A )

0,1
0,016 – 0,024

0,15
0,035 – 0,053

0,2
0,063 – 0,094

0,25
0,098 – 0,147

0,3
0,141 – 0,212

0,35
0,190 – 0,289

0,4
0,251 – 0,377

0,45
0,318 – 0,477

0,5
0,390 – 0,588

0,6
0,566 – 0,849

0,7
0,770 – 1,16

0,8
1,01 – 1,51

0,9
1,27 – 1,91

1
1,57 – 2,36

1,5
3,53 – 5,3

2
6,28 – 9,42

2,5
9,82 – 14,73

3
14,14 – 21,20

3,5
19,24 – 28,86

4
25,14 – 37,71



Contoh 3:
Suatu alat memakai alat tenaga listrik 400 Watt dipasang pada tegangan 20 V. Untuk menghubungkan alat tersebut ke sumber aliran dibutuhkan kawat yang bergaris tengah :
W = 400 Watt
E = 200 Volt
I = W/E I = 400/200 I = 2 Ampere

Agar mampu dilewati arus sebesar 2 A dipakai kawat dengan ukuran garis tengah 1 mm. Transformator jala-jala umumnya mempunyai gulungan yang bercabang guna menyesuaikan
tegangan.



Contoh perencanaan mengulung trafo :
Perencanakan sebuah transformator jala-jala dengan data-data sebagai berikut:
Teras besi yang dipergunakan mempunyai lebar 2,5 Cm dan tinggi 2 Cm. Dikehendaki gulung primer untuk dipasang pada tegangan 110 V atau 220 V dan gulung sekunder yang menghasilkan tegangan 6 V dan 9 V, yang menghasilkan arus 500 mA.
Tentukan berapa jumlah gulung primer dan gulung sekunder beserta cabang - cabangnya. Berapa ukuran tebal kawat yang dibutuhkan.
Pemecahannya:
0 = 2,5 x 2 = 5 Cm2.
gpv = 50/5 = 10.
Jumlah gulungan primer untuk 110 V: 110 X 10 = 1100 lilitan
Jumlah gulung primer untuk 220 V: 220 X 10 = 2200 lilitan.
Jumlah gulungan sekunder untuk 6 V: 6 X 10 = 60 lilitan + 10% = 66 lilitan.
Jumlah gulungan sekunder untuk 9 V: 9 X 10 = 90 lilitan + 10% = 99 lilitan.


Cara menggulung kawatnya untuk tegangan 110 V dan 220 V tidak digulung sendiri-sendiri, tetapi cukup mencabang sebagai berikut: digulung dulu sebanyak 1100 lilitan untuk 110 V, kemudian ujung dari akhir gulungan disalurkan keluar sebagai cabang untuk kemudian digulung lagi sebanyak 1100 lilitan lagi untuk tegangan 2200 V.
Demikian halnya digulung sekunder: kawat digulung dulu sebesar 66 lilitan untuk tegangan 6 V kemudian di cabang, untuk kemudian ditambah gulungan lagi sebesar 33 lilitan buat tegangan 9 V.
Selanjutnya untuk menentukan tebal atau diameter kawat digulung primer dan digulung sekunder dilakukan sebagai berikut:
Tebal kawat sekunder:
Karena gulung sekunder telah ditentukan mempunyai besar arus 500 mA diperlukan kawat yang mempunyai diameter 0,5 mm (dilihat di daftar tebal kawat)

Tebal kawat primer:
Untuk menentukan tebal kawat untuk kawat gulungan primer harus diketahui besar arus primer.
Besar arus primer: II = WL/EI
II = besar arus primer.
WL = tenaga digulung primer.
EI = tegangan primer.

Karena besar tegangan primer juga belum diketahui, maka dapat ditentukan dengan memakai
RUMUS : W1 = 1,25 X W2 (rendemen dianggap 80%)
W1 = besar tegang digulung primer
W2 = besar tegangan digulung sekunder.

Besar tegangan sekunder W2 = E2 X 12.
W2 = tegangan sekunder.
E2 = tegangan sekunder.
Besar arus dan tegangan sekunder telah diketahui yaitu: 9 V, 0,5 A. (500mA)
Besar tegangan sekunder : W2 = 0 X 0,5 = 4,5 Watt.
Besar tegangan primer : W1 = 1,25 X W2
= 1,25 X 4,5
= 5,625 Watt dibutuhkan 5,6 Watt.
Besar arus primer : I1 = W1/E1
I1 = 5,6/220
= 0,025 A = 25 mA.
Menurut daftar tebal kawat primer untuk untuk 25 mA berukuran: 0,15 mm. Dari keterangan di atas transformator yang direncanakan mempunyai ukuran-ukuran seperti dibawah ini:



Jumlah gulung primer untuk 110 V: 1100 lilitan, diberi cabang kemudian digulung lagi sebanyak 1100 lilitan, untuk 220 V.
Gulung sekunder untuk 6 V: 66 lilitan, diberi cabang dan ditambah 33 lilitan untuk 9 V. Tebal kawat 0,15 mm. Tebal kawat sekunder 0,5 mm.


Cara menggulung kawat trafo
dipraktek dilkukan dengan melilitkan kawat secara merata syaf demi syaf. Antara syaf satu dengan yang lainnya diberi isolasi kertas tipis. Pembuatan cabang dari lilitan dilakukan dengan membengkokkan kawat diluar lilitan, untuk kemudian dilanjutkan manggulung lagi kawat sampai selesai.
Guna melakukan itu semua pada lobang tempat gulungan dimasukkan sepotong kayu ukuran yang sesuai yang pada kedua belah ujungintinya dimasukkan as dari logam yang berhubungan dengan alat pemutar. (lihat gambar)
Apakah bagian primer atau sekunder yang digulung terlebih dulu tidak menjadi soal karena kedua akan memberi hasil yang sama.


MENGGULUNG TRANSFORMATOR/ TRAFO

 Inti trafo bekas yang terbuat dari besi sungguh sayang jika di buang. Inti Trafo dapat di manfaatkan untuk dibuat trafo lagi, mengingat harga trafo sekarang sangat mahal. Transformator banyak digunakan pada peralatan elektronika termasuk stavolt yang digunakan pada computer. Cara menggulungnya searah dengan jumlah gulungan disesuaikan tegangan yang dibutuhkan. Jumlah gulungan trafo untuk setiap 1 Volt adalah:


Jumlah lilit 1 V = (50 / diameter koker) + toleransi 10 %




Ukuran Koker dalam Cm dan diukur bagian dalamnya (bagian yang untuk menggulung lilitan.
Semakin besar inti trafo/ diameter koker jumlah lilitan makin sedikit.
Contoh:
Diketahui Lebar koker 3,5 Cm, Panjang 5 Cm.
Diameter koker 2x (3,5 + 5 Cm) = 17 Cm.
Jumlah lilit tiap 1 Volt = (50/ 17) + ((50/17) x 0,1))
                                       = (2,94) + (2,94 x 0,1) = 2,94 + 0,3
                                       = 3,24 lilit tiap 1 Volt.
Jumlat lilit untuk tegangan 220 V = 220 x 3,24 = 712,8  = 713 lilit.
Jumlah lilit Untuk tegangan 12 V  =    12 x 3,24 = 38,88 =   39 lilit.
Jumlah lilit untuk tegangan 3 V     =      3 x 3,24 = 9,72   =   10 lilit.
Tegangan dapat di buat bertingkat, perhatikan gambar :

Langkah Kerja:
1. Menyiapkan Inti Trafo yang berbentuk huruf E dan I.
2. Membuat koker trafo dengan bahan isolator. Paling mudah menggunakan PCB yang dilarutkan tembaganya.
3. Ukuran koker tergantung ukuran inti besi yang dipakai, sehingga ukuran koker diukur dengan inti trafo. Perhatikan gambar:

4. Potongan bagian-bagian koker di atas di susun dan diberi perekat lem castol/ Fox.
5. Kawat email digulung pada koker dengan arah gulungan tetap, dan jumlah lilitan sesuai kebutuhan tegangan.
6. Diameter kawat email akan menentukan arus out put trafo. makin besar diameter kawat, arusnya makin besar.
7. Antara lapisan gulungan primer dan sekunder diberi lapisan kertas minyak untuk mencegah kebocoran arus PLN      masuk ke gulungan skunder.




SYARAT PEMASANGAN SOLAR PANEL ATAP (SOLAR ROOFTOP)

  SYARAT PEMASANGAN SOLAR PANEL ATAP (SOLAR ROOFTOP) Penggunaan Solar panel atap (Solar Rooftop) terus meningkat seiring dengan manfaat yang...